"Aku
tersesat, dan tak tahu arah jalan pulang.” Mungkin petikan lagu itu pas sekali
untuk diriku. Aku yang masih buta akan yang mana benar dan yang mana salah.
Menurutku mencari kebenaran sangatlah mudah. Akan tetapi, pengaruh orang-orang
di sekitar yang membuat kita bingung sendiri.
Saat aku berada di suatu tempat. Rasanya
sangat menyenangkan. Inikah yang benar dalam hatiku.
Dan pada saat aku
memberitahukan ke orang lain mereka malah menganggap diriku salah, dan akhirnya
sekarang aku mencoba berjalan ke tempatnya dan kemudian aku mendengarkan. Aku
merasa ada yang salah dengan ini. Tapi kenapa malah banyak sekali orangnya.
Beda dengan banyak orang di tempatku sebelumnya yang hanya sedikit. Berpikir
dan terus berpikir membuat ku makin bingung dengan keadaan ini. Hingga aku
menulis tulisan ini pun pikiran itu terus membuat ku bingung seperti tak ada
ujungnya.
Dan
akhirnya aku mendapatkan ilham. yang Intinya jangan pernah kita merasa benar
terlebih dahulu tapi teruslah bergerak dan mencoba sesuai dengan tuntunan yang
diberikan. Tapi bagaimana apabila ada pertentangan dengan orang yang lahir
sesudahnya kemudian di elu-elu kan oleh
banyak orang, dihormati, bahkan dianggap orang suci. Tapi malah membuat
kebanyakan orang keluar dari jalurnya. Apakah itu ciri orang bodoh?. Ciri-ciri
orang yang tidak kritis terhadap apa yang ada di depannya. Atau Tidak mengkaji
terlebih dahulu adakah pertentangan dengan kebenaran di awal atau tidak. Kalau
ada kenapa bisa jadi seperti itu. Yang mana yang benar dan yang mana yang
salah.
Kebanyakan
orang mengikuti hal tersebut karena merasa benar sudah apa yang dilakukannya.
Padahal sandaran orang-orang terdahulu yang jauh lebih dulu lahir daripadanya
dan mengikuti kebenaran di awal tidak pernah merasa benar akan dirinya. Bahkan
perasaan takut dan sedih terus menghampirinya. Menurutku itulah yang benar.
Tidak ada
yang dapat menolong diri kita selain diri kita sendiri. Kenapa? Karena Allah
memandang manusia lewat ketakwaan dan keimanannya. Ujian satu persatu diberikan
untuk mengetahui siapa dari hamba-hambaNya yang benar-benar bertaqwa
kepada-Nya. terus bisakah kita minta tolong kepada orang lain?. Tentu bisa,
tapi harus sesuai dengan aturan yang berlaku dan orangnya masih hidup.
Banyak
sekali sudah pertentangan yang terjadi. Bukan pada agamanya, tapi umatnya.
Saling memisah diri. Merasa masing-masing paling benar sehingga melecehkan yang
lainnya. Apakah itu yang diinginkan agama? Sekali lagi berpikir kritis diharuskan dalam persoalan ini. Sudah benarkah
ibadah kita? Amal kita? Sholat kita? Bacaan Qur’an kita? Hubungan kita terhadap
Allah dan manusia? Mampukah kita mengikuti jejak rasul? Masihkah berbuat
maksiat? Yang disengaja maupun tidak? Yang diketahui maupun tidak diketahui? Kemana tujuan pikiran kita? Dunia atau
akhirat? Coba pikirkan, apabila hal penuh kebaikan sudah ada dalam pikiran hati
dan anggota tubuh kita, indah bukan rasanya? Itukan yang kita inginkan selama
ini? Benar, tapi terkadang kita malah
salah jalan.
Coba
evaluasi diri. Setiap hari. Dan jangan pernah berhenti hingga ajal menjemput.
Dan terus berusaha menjadi muslim sejati yang benar ketakwaan, keimanan, dan
akhlaknya. Berjuang!!!
Kebenaran
itu ibarat salah satu jalan dalam gua yang gelap dari banyak sekali jalan yang
sama satu sama lain. Tapi apabila kita mampu mendapatkan jalan itu, maka kita
akan terus mendapat jalan kebenaran lainnya. Bagaimana caranya? Yaitu dengan
kompas dan lampu yang cocok. Kompasnya Al-Qur’an dan Lampunya assunnah…
Back to
Qur’an and Back to sunnah
Wallahu’alam
Jazakumullah
khairan katsiran
Upload Music