Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sore itu, seperti biasa sekali dalam seminggu kami berkumpul berdikusi
tentang banyak hal, tentang Negara ini, pemerintahan, agama, pekerjaan,
hiruk pikuk PIlKADA, pendidikan dan masih banyak lagi. Sore kali ini
topiknya sedikit berbeda, tentang kami sendiri, WANITA.
Berbicara tentang wanita selalu menarik, tak ada habisnya. Bukan saja
bagi pria, bahkan bagi wanita sendiri pun berbicara tentang dirinya
tetap menarik, tak ada bosannya.
Diskusi diawali dengan
membicarakan wanita-wanita dalam Al-Qur’an. Allah telah mengabadikan
dalam Al-Qur’an contoh-contoh wanita-wanita yang baik, wanita yang tidak
baik, sampai kepada contoh wanita-wanita penentang.
Maryam,
salah satu contoh wanita baik-baik. Maryam adalah ikon wanita yang suci,
senantiasa menjaga kesuciannya, wanita yang sholeha. Dalam suroh Maryam
dengan gamblang Allah telah mengabadikan kisah keteladanannya. Wanita
pilihan Allah yang dari rahimnya yang suci terlahir seorang anak
laki-laki yang suci lagi mulia, dialah Isa as, Nabi Allah tanpa seorang
ayah. Allah dengan kuasanya telah menanamkan anugerah benih dirahim
Maryam. Maryam yang tiada pernah disentuh oleh laki-laki mana pun.
Maryam bukan wanita pezina. Maryam wanita mulia yang selalu menjaga
kehormatan dan kesuciannya. Sosok wanita yang kuat, darinya pula lahir
seorang bayi yang Allah mampukan untuk menyampaikan kebenaran kepada
kaumnya. Subhanalloh…
Jika kita lihat sekitar kita saat ini,
yang banyak terjadi adalah sebaliknya. Begitu tiada berharga lagi para
wanita, tiada lagi marwah, anak gadis yang masih ingusan begitu
bangganya bisa melakukan sesuatu yang belum saatnya untuk dilakukan,
atau juga seorang wanita yang sudah menjadi istri seseorang begitu
mudahnya melakukan sesuatu yang tiada pantas untuk dilakukan. Bagi
mereka kesucian lahiriah tidak lagi menjadi penting untuk dijaga.
Padahal dari kesucian lahiriah lah akan dapat membentuk kesucian jiwa.
Tidak semua memang, karena Allah senantiasa menjaga, selalu ada contoh
teladan, senantiasa ada contoh yang baik di setiap zaman. Sedikit sekali
wanita-wanita seperti Maryam, yang senantiasa menjaga diri, maruah dan
kesuciannya.
Jika dulu wanita dikenal sangat pemalu hingga
sifat pemalunya membuat wanita lebih anggun, tapi sekarang laki-laki lah
yang menjadi malu akibat keberanian wanita. Berani dalam kebaikan itu
wajib, tapi justru bukan itu yang terjadi. Keberanian memperlihatkan
kepada publik bentuk utuh dirinya. Bukan hanya di daerah metropolitan,
bahkan di desa yang katanya paling katro sekalipun telah terjamah budaya
pamer badan. Bukan hanya di kalangan selebriti dan artis, tapi seorang
yang berstatus pelajar atau mungkin pembantu rumah tangga pun tergoda
untuk meniru. Aneh memang orang sekarang, ditengah zaman yang katanya
semakin modern, tapi kok malah cara berpakaian orang-orang seperti
kembali ke zaman purba kala. pergeseran telah terjadi dengan sangat
jauhnya. Wanita itu indah, semua pasti sepakat. Tapi keindahan itu tak
mesti dan tak boleh ditunjukkan jika dengannya menjadi sumber musibah,
sumber bencana.
Wanita yang kedua, dialah Asiyah istri Fir’aun.
Istri seorang Fir’aun yang sangat dzalim. Menganggap dirinya sebagai
Tuhan. Asiyah wanita luar biasa, bersuamikan seorang yang kafir lagi
dzalim tapi tetap bertahan dalam keimanannya, yang dengan izin Allah
lewat tangannyalah Musa dapat selamat dari tangan dzalim suaminya,
hingga Musa tumbuh besar dan menjadi seorang Nabi. Asiyah…sosok wanita
yang darinya kita para wanita bisa belajar banyak, teladan bagi para
istri jika takdir menggariskannya bersuamikan seorang yang tidak baik.
Wanita sebagai sosok yang lemah, yang kemungkinan besar akan mengikut
arus suami, tapi Asiyah tidak. Suami yang kafir lagi dzalim tidak
membuat dia juga kafir dan dzalim. Dia sosok wanita yang memiliki
kekuatan, dibalik kelemahannya sebagai seorang wanita. Tiada kata taat
pada suami jika tidak dalam keimanan. Tidak mudah memang, dan mereka
perempuan-perempuan yang kuat yang bisa untuk tetap dalam keimanannya di
tengah kuasa suami yang kafir atas dirinya.
Wanita ketiga dan
keempat, Ibu (Yukabad) dan Kakak Nabi Musa. Yukabad, seorang ibu yang
demi memikirkan keselamatan anaknya menjalankan perintah Allah untuk
menghanyutkan bayinya Musa, di suangai Nil setelah sebelumnya diletakkan
dalam peti yang tertutup rapat. Walau berat, Yukabad mengikhlaskan
putranya dan yakin Allah akan menjaganya. Kakak Nabi Musa, dengan rasa
tanggung jawab dan ingin melindungi adik yang ada pada dirinya,
mengikuti dan mengawal peti yang hingga peti berlabuh dan diketahui
siapa yang menemukannya. Dan ternyata peti ditemukan Asiyah, istri
Fir’aun dan dia jugalah yang mengangkat Musa sebagai anak, merawat dan
membesarkannya. Dengan kehendak kuasa Allah Musa selamat ditangan Asiyah
dan ibunya Yukabad yang kemudian terpilih menjadi ibu susunya. Allah
Maha Penepati janji, Yukabad kembali Allah pertemukan dengan putranya
Musa.
Wanita dengan perasaannya yang lembut memiliki rasa
tanggung jawab yang amat sangat besar. Lihatlah, banyak wanita, banyak
perempuan yang sanggup menjadi single parent, membesarkan dan mendidik
sendiri anak-anaknya. Perempuan, dikatakan paling sanggup untuk bertahan
dalam penderitaan demi kebahagiaan orang-orang yang dikasihinya.
Seorang ibu, rela melakukan apa saja demi anaknya. Seorang anak
perempuan mampu mengalahkan egonya demi ibunya. Ya, dibalik kelemahannya
wanita menyimpan kekuatan yang besar.
Wanita yang kelima, Ratu
Balqis. Hidup di zaman Nabi Sulaiman. Wanita cantik, penguasa, pintar
dan mudah menerima kebenaran yang disampaikan Allah melalui Nabinya
Sulaiman as. Ratu Balqis benar-benar sosok perempuan ideal. Semua
kebaikan ada padanya, harta, kecantikan, cerdas dan hati yang terbuka
menerima kebenaran.
Wanita yang keenam, meski namanya tidak
secara eksplisit Allah nyatakan dalam Al-Qur’an tetapi kisahnya yang
menyebabkan turunnya aturan Allah dalam QS. Al-Mujadilah:1-4, telah
diabadikan dalam kalamNYA. Dialah Khaulah binti Sa’labah. Wanita cerdas
yang protes kepada Rasulullah dan pengaduanya didengar Allah. Kisah
khaulah tentang suaminya yang menyatakan dirinya seperti punggung
ibunya, kemudian meminta sesuatu dari Khaulah. Khaulah menolak dan
berkata, “Sekali-kali jangan. Demi Allah yang menguasai nyawaku, jangan
menyentuhku, sementara engkau telah mengatakan apa yang engkau katakan,
hingga Allah dan Rasul-Nya memberi keputusan tentang kita”. Kemudian
datang kepada Rasulullah, berdialog untuk meminta fatwanya, dan
Rasulullah menyatakan “Aku tidak melihat selain engkau telah haram
baginya”. Tapi khaulah tidak menerima begitu saja, gelisah dan sedih
hatinya dengan keputusan Rasul. Allah tetap menjadi tempat pengaduannya.
Dan Allah pun mendengar, maka berlaku lah aturan, bahwa seorang suami
yang menyatakan istrinya seperti ibunya berlaku kifarat baginya.
Khaulah, wanita yang fasih, cerdas, dan taat.
Wanita tak selalu
harus manut. Perlu ilmu dan cerdas untuk melakukan sesuatu. Tidak
mengekor dan mengikut tanpa di dasari pengetahuan. Seorang wanita juga
harus kritis, mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai
seorang wanita, istri, ibu atau anak. Tapi kita tak bisa menutup mata,
bahwa banyak wanita yang tidak tahu bagaimana memposisikan diri sebagai
seorang istri, sebagai seorang perempuan, sebagai anak, sebagai ibu.
Menuntut sama dengan laki-laki, padahal bagaimana pun tidak pernah ia
bisa sama dengan laki-laki, kecuali di hadapan Allah.
Wanita
yang ketujuh, Zulaikha. Diceritakan dalam Al-Qur’an sebagai wanita
penggoda, wanita yang tidak baik, yang menggoda Nabi Yusuf as yang
ketika itu bersuamikan al-aziz raja Mesir. Yang kemudian setelah
Zulaikha bertaubat dan jatuh miskin, Yusuf As menikahinya. Menikahi
Zulaikha setelah menjadi sosok wanita baik.
Di banyak sudut
kalaupun tidak di semua sudut, amat sangat banyak kita temukan
perempuan-perempuan ini. Perempuan penggoda. Dari yang muda sampai yang
tua. Dari anak-anak sampai orangtua. Dari pelajar, mahasiswa, pembantu
rumah tangga sampai para wanita-wanita pekerja. Menggoda dengan berbagai
motiv. Dari alasan keterpaksaan sampai kebutuhan. Dari alasan hobi,
kesenangan dan masih banyak alas an lainnnya yang entah apa saja.
Wanita kedelapan dan kesembilan, istri Nabi Nuh as (Wafilah) dan istri
Nabi Luth as. Dua sosok wanita penentang. Kedua wanita ini bersuamikan
laki-laki baik tetapi tidak merekalah wanita yang tidak baik. Menentang
Allah dan suaminya yang jelas-jelas sebagai Nabi utusan Allah untuk
kaumnya. Wanita yang tidak beriman kepada Allah dan suaminya sebagai
Nabi Allah.
Istri Nuh as dan istri Luth as, adalah kebalikan
dari kisah Asiyah istri Fir’aun. Kedua wanita ini, di abadikan dalam
firman Allah, “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi
orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba
yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat
kepada kedua suaminya….” (at-Tahrim: 10)
Dalam konteks
kekinian, tak jarang kita temukan hal serupa kisah Asiyah atau serupa
cerita istri Nuh as dan istri Luth as. Allah telah memberikan contoh,
untuk manusia dapat mengambil hikmah darinya. Telah ada kisah di zaman
para nabi sebelum kita melihat cerita demikian di kehidupan kita.
Seorang ustadz beristrikan seorang wanita yang tidak sholeha. Wanita
yang tidak baik mendapatkan laki-laki yang baik. Seroang perempuan
baik-baik bersuamikan laki-laki yang tidak baik. Perempuan sholeha tidak
mendapatkan laki-laki yang sholeha. Semua adalah pelajaran, selalu ada
hikmah dibalik sesuatu. Allah tidak sesuatu untuk sia-sia. Barangkali
adalah ujian keimanan atasnya.
Wanita kesepuluh, istri Abu
Lahab. Wanita pembawa kayu bakar untuk menyiksa suaminya dan penyulut
api bagi suaminya sambil melilitkan tali dilehernya karena kesukannya
membantu suaminya menyebar fitnah yang keji tentang Rasulullah.
Istri Abu Lahab adalah pelajaran bagi perempuan-perempuan yang keji,
yang suka sesumbar menyebar berita bohong yang tiada. Juga pelajaran
berguna juga perempuan lainnya agar berhati-hati dalam lisannya. Entah
mengapa memang tersiar kabar dan saya lihat di sekitar saya bahwa gossip
sangat identik dengan perempuan, perempuan sulit menjaga rahasia,
perempuan bermulut besar suka sesumbar, lidah perempuan sangat tajam,
dan label negatif lainnya yang lekat pada kata perempuan. Entah sejak
kapan. Faktanya, peminat gossip atau infotainment di stasiun televisi
apapun nama acara yang mengcovernya, peminat terbesarnya adalah kaum
perempuan, wanita. Begitu sulitnya perempuan untuk lidahnya untuk tak
banyak bicara, sampai-sampai sebuah anekdot pernah saya baca “ bila
ingin sebuah berita tersebar dengan cepat, katakana saja pada seorang
perempuan”. Tidak hanya itu, kalau diperhatikan, yang sering digossipkan
juga adalah perempuan. Perempuan menggosipkan tentang perempuan. Apa
mungkin selain suka bergossip, perempuan juga senang dijadikan bahan
pergossipan. Hhhh…entahlah.
Ya…apa saja bisa menjadi bahan
obrolan bagi perempuan, yang tidak penting pun bisa menjadi menarik dan
menjadi bahan pembicaraan yang menyita waktu jika sudah dibicarakan oleh
perempuan. Tetangga punya TV baru, kulkas baru, mobil baru atau bahkan
mungkin punya sepatu baru juga bisa menjadi gossip menarik. Perempuan..
kalimat yang akrab bagi kita “hati-hati dengan mulut perempuan, mulut
perempuan itu berbisa”.
Sepuluh wanita diatas adalah beberapa
diantara wanita-wanita yang digambarkan dalam Al-Qur’an. Selain sepuluh
wanita diatas masih ada sosok Hajar yang berlari-lari dari Shofa dan
Marwah demi mendapatkan air untuk buah hatinya Ismail. Kesemuanya
menjadi contoh bagi wanita-wanita di masa kini. Begitu sempurna Allah
memberikan kita kisah-kisah yang dapat dijadikan pelajaran. Contoh yang
baik sampai yang tidak baik, yang tidak baik kemudian bertaubat, telah
jelas Allah gambarkan. Amat sangat lengkap preferensi tentang
contoh-contoh yang digambarkan pada kita. Semua ada. Contoh yang baik
ada, pun dengan contoh yang tidak baik. Tinggal kita memilih yang mana
yang kita suka, yang kita ingin ada dalam pribadi kita. Tidak ada yang
tidak menginginkan kebaikan. Dan kebaikan yang baik akan di dapat dengan
jalan kebaikan pula.
Upload Music