Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Saat duduk-duduk di depan rumahnya, tiba-tiba lewat beberapa orang mengusung keranda dan ia pun segera bergabung dalam iring-iringan itu. Dari belakang tampak seorang gadis kecil berlari-lari sambil menangis, menyusul iring-iringan. “Ayah, mengapa kau begitu cepat meninggalkan aku..” rengek gadis kecil itu terus menerus hingga selesai pemakaman.
Esoknya, tatkala Hasan al-Basri hendak ke rumah gadis kecil itu, ternyata dia sudah muncul di depan rumah. Sambil menangis dan berteriak, ia menuju ke makam ayahnya. Hasan al-Basri mengikuti dari belakang, ingin mengetahui apa yang akan diperbuatnya. Sesampai di makam ayahnya, gadis kecil itu memeluk batu nisan sembari meratap. Dari balik persembunyian, Hasan al-Basri mendengarkan apa yang disampaikan gadis itu. “Ayah, malam tadi kau terbaring sendirian dalam kubur yang gelap ini. Jika malam sebelumnya aku bisa menyalakan lampu untukmu, siapakah yang menerangimu sekarang? Jika malam sebelumnya aku bisa mengelar tikar untuk alaas tidur ayah, siapakah sekarang yang mengelarkannya untukmu? Jika malam sebelumnya aku bisa memijit-mijit ayah, siapakah sekarang yang memijitmu?”. “Ayah, jika malam sebelumnya aku yang menyelimuti tubuhmu, siapakah yang menyelimutimu tadi malam? Jika malam sebelumnya, ayah masih bisa memanggilku dan aku pun menjawab, siapakah semalam yang engkau panggil dan siapa pula yang menjawabmu? Jika sebelumnya ayah minta makan dan memintaku menyiapkannya, apakah semalam ayah makan dan siapa yang menyiapkannya?”.
Hasan al-Basri yang mendengar ratapan gadis kecil di kubur itu, tak kuasa menahan air matanya. Maka didekatilah gadis itu sembari memberi nasehat. “Wahai anakku,...Janganlah engkau meratap seperti itu. Seharusnya engkau ucapkan seperti kata-kataku ini....: “Ayah, kau telah kukafani dengan kain kafan yang bagus, masihkah kau memakainya? Kata orang sholeh, kain kafan orang yang meninggal ada yang diganti dengn kain kafan dari syurga dan ada pula yang dari neraka. Manakah diantara kain kafan itu yang ayah kenakan sekarang?”. “Ayah, kemarin aku telah meletakkan tubuhmu yang segar bugar dalam kubur. Masih bugarkah tubuh ayah sekarang? Ayah, para ulama mengatakan semua manusia akan ditanya tentang keimanannya. Ada yang bisa menjawab dengan lancar, namun ada pula yang bisu. Apakah ayah bisa menjawab atau hanya bisa membisu?”. “Ayah, katanya kuburan itu bisa menjadi luas atau bertambah sempit tergantung amal penghuninya sewaktu hidup di dunia. Bahkan, katanya kuburan itu bisa merupakan secuil taman syurga, namun bisa juga merupakan lubang besar dari neraka. Apakah kuburan ayah sekarang ini bertambah luas atau semakin menyempit, taman syurga ataukah lubang neraka?”. “Ayah, katanya liang kubur bisa menghangati mayat sebagaimana pelukan seorang ibu kepada anaknya, tetapi bisa pula seperti lilitan ular yang meremukkan tulang. Bagaimanakah keadaan tubuh ayah sekarang ini?”. “Ayah katanya orang yang berada dalam kubur itu ada yang menyesali, mengapa sewaktu hidup di dunia tak memperbanyak amal shaleh, dan ada yang menyesali mengapa melakukan maksiat. Apakah ayah termasuk yang menyesali perbuatan maksiat atau karena sedikit melakukan amal sholeh?”. “Ayah dulu setiap aku memanggilmu, engkau selalu menjawab. Namun kini setiap aku memanggil, engkau tak pernah menjawab. Kini kita telah berpisah dan tak akan bertemu sampai hari kiamat. Semoga Allah tak menghalangi perjumpaanku denganmu,..ayah”.
Setelah mengucapkan demikian, gadis itu mendoakan ayahnya dengan lembut, tanpa ratapan, kemudian Hasan al-Basri mengajaknya pulang. Di rumah, gadis kecil itu makin tekun beribadah dan tumbuh menjadi muslimah yang rendah hati. Semoga menjadikan pelajaran.....amiin. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh